BAB II. METODE ILMIAH DAN METODE PENELITIAN

Minggu, 17 Juni 2018
Posted by Unknown

Metode ilmiah dan metode penelitian

Definisi metode ilmiah :
Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Definisi metodologi penelitian :
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode.Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian.
Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.

Perbedaan Metode Ilmiah dan Metodologi Penelitian :
Metodologi dan metode, hanya beda tipis sepertinya. Ketika dicari perbedaannya, pasti mudah, karena dari kata saja sudah berbeda.Namun masih banyak yang mencampuradukkan keduanya. Di buku-buku penelitian, keduanya masih sering digunakan secara asal. Lalu apa sih sebenarnya perbedaan metodologi dan metode penelitian?
Pernah membaca buku-buku penelitian? Buat yang sedang skripsi atau mengerjakan tesis, pasti sudah menjadi santapan sehari-hari. Paling tidak, pasti sudah pernah menyaksikan buku-buku penelitian di toko buku. Betul?
Pada cover buku penelitian, kita sering menyaksikan tulisan “Metodologi Penelitian Kualitatif”, “Metode Analisis Data Kuantitatif”, “Metode Survey”, “Metodologi Sampling Kuantitatif”, “Metode Kualitatif Sosial” dan sejenisnya. Mana diantara judul bukku tersebut yang tepat dan yang belum benar? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita lanjutkan dulu pembahasannya.
Di rudicahyo.com, aku belom pernah membahas tentang penelitian. Padahal aku mengajar Penelitian Kualitatif. Karena itu, aku akan membuat beberapa posting yang membahas tentang penelitian, terutama penelitian kualitatif. Nah, kita awali dari pembahasan yang ringan. Tapi tetap penting loh hehehe.
Kembali lagi pada perbedaan antara metodologi dan metode. Kalau kita lihat istilahnya, sudah pasti beda lah. Bahkan dari istilah itu sudah bisa ditangkap apa perbedaan artinya. Hanya saja, masih banyak penulis buku penelitian kualitatif masih menggunakan kedua kata itu secara bercampur atau tidak tepat. Mengetahui bukan berarti melakukan kan? hehe.
Metodologi jelas terdiri dari dua kata, method dan logos, yang artinya ilmu tentang metode. Berbeda dengan metode yang hanya terdiri dari satu kata, method, yang artinye metode atau cara.
Methodology didefinisian sebagai “a set of system of method, principles and rules of regulating a given discipline”  Sedangkan method artinya: “a procedure, technique, or way of doing somethings, especially in accordance with a definite plan”. Metodologi lebih bersifat general.Dengan demikian, metode berada di dalam metodologi, atau dengan kata lain, metode lebih berkenaan dengan teknis saja dari keseluruhan yang dibahas dalam metodologi. Dalam konteks penelitian, yang termasuk metode adalah teknik penggalian data, teknik pengolahan data, penentuan populasi serta sampel dan sejenisnya



Materi bisa di download disini.
Download Materi BAB I PENDAHULUAN METODE PENELITIAN di sini

1.    Pengertian Ilmu Dan Penelitian

Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan seseorang terhadap permasaahan disekelilingnya dapat menjurus kepada keingintahuan ilmiah.
Manusia juga dibekali akal pikiran guna menjawab rasa keingintahuan dan masalah yang terjadi dalam kehidupannya di dunia. Sehingga konsep antara ilmu dan berpikir adalah sama. Dalam memecahkan masalah, keduanya dimulai dari adanya rasa sangsi dan kebutuhan akan suatu hal yang bersifat umum. Kemudian timbul suatu pertanyaan yang khas, dan selanjutnya dipilih suatu pemecahan tentatif untuk penyelidikan.
Menurut Maranon (1953), ilmu mencakup lapangan yang sangat luas, menjangkau semua aspek tentang progres manusia secara menyeluruh. Termasuk didalamnya pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematik melalui pengamatan dan percobaan yang terus-menerus, yang telah menghasilkan kebenaran yang bersifat umum.
Tan (1954) berpendapat bahwa
ilmu bukan saja merupakan suatu himpunan pengetahuan yang sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi. Ilmu telah memberikan metode dan sistem, yang mana tanpa ilmu, semua itu akan merupakan suatu kebutuhan saja. Nilai dari ilmu tidak saja terelak dalam pengetahuan yang dikandungnya, sehingga si penuntut ilmu menjadi seorang yang ilmiah, baik dalam ketrampilan, dalam pandangan maupun tindak-tanduk.3
Sedangkan proses berpikir adalah suatu refliksi yang teratur dan hati-hati. Proses berpikir lahir dari rasa sangsi akan sesuatu dan keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Masalah ini memerlukan suatu pemecahan, dan untuk itu dilakukan penyelidikan terhadap data yang tersedia dengan metode yang tepat. Akhirnya sebuah kesimpulan tentatif akan diterima, tetapi masih tetap dibawah penyelidikan yang kritis dan terus-menerus untuk mengadakan evaluasi secara terbuka. Karena manusia normal selalu berikir dengan situasi permasalahan.
Hanya terhadap hal-hal yang lumrah saja, biasanya, reaksi manusia terjadi tanpa berpikir. Ini adalah suatu kebiasaan atau tradisi. Tetapi jika masalah yang dihadapi adalah masalah yang rumit, maka manusia normal akan mencoba memecahkan masalah tersebut menurut langkah-langkah tertentu. Berpikir demikian dinamakan berpikir secaa reflektif (reflective thinking).
Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan suatu rasionalisasi sebagai hukum alam. Ilmu membentuk kebiasaan serta meningkatkan ketrampilan observasi, percobaan, kasifikasi, analisa serta membuat generalisasi. Dengan adanya keingintahuan manusia yang terus-menerus, maka ilmu akan terus berkembang dan membantu kemampuan presepsi serta kemampuan berpikir secara logis, yang sering disebut penalaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa berpikir secara nalar mempunyai kriteria penting yaitu adanya unsur logis didalamnya dan adanya unsur analisis didalamnya.
Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris research. Dari itu ada juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata re, yang berarti “kembali” dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian arti sebenarnya dari research atau riset adalah “mencari kembali”. Menurut kamus Webster’s New International, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu.
Menurut ilmuwan Hillway ((1956) penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui pnyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah , sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Whitney (1960) menyatakan bahwa disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja penyelidik harus pula dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran, sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis.
Penelitian juga bertujuan untuk mengubah kesimpulan-kesimpulan yang telah diterima, ataupun mengubah dalil-dalil dengan adanya aplikasi baru dari dalil-dalil tersebut. Dari itu, penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus-menerus terhadap sesuatu. Penelitian juga merupakan percobaan yang hati-hati dan kritis untuk menemukan sesuatu yang baru. Penelitian dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method) disebut penelitian ilmiah (scientific researh).
Dalam penelitian ilmiah ini, selalu ditemukan dua unsur penting yaitu observasi (pengamatan), dan unsur nalar (reasoning) (Ostle, 1975). Unsur pengamatan merupakan kerja dengan mana pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh melalui kerja mata (pengamatan) dengan menggunakan presepsi (sense of perseption). Nalar adalah suatu kekuatan dengan mana suatu fakta-fakta, hubungan dan interelasi terhadap pengetahuan yang timbul, sebegitu jauh ditetapkan sebagai pengetahuan sampai sekarang.7
Hubungan antara ilmu dan penelitian menurut pendapat Whitney (1960) bahwa ilmu dan penelitian adalah sama-sama proses, sehingga ilmu dan penelitian adalah hal yang sama. Hasil dari proses tersebut adalah kebenaran (truth). Bagaimana pula hubungan antara berpikir, penelitian dan ilmu ? Konsep berpikir, ilmu dan penelitian juga sama. Berpikir, seperti halnya dengan ilmu, juga merupakan proses mencari kebenaran. Perlu juga disinggung bahwa kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap fenomena yang fana adalah suatu suatu kebenaran yang telah ditemukan melalui proses ilmiah, karena penemuan tersebut dilakukan secara ilmiah.
Menurut Nazir (1988) dalam buku Metode Penelitian, diungkapkan bahwa kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap fenomena yang fana adalah sesuatu kebenaran yang telah ditemukan melalui proses ilmiah, penemuan tersebut dilakukan secara ilmiah. Sebaliknya, banyak juga kebenaran terhadap fenomena yang fana diterima tidak melalui proses penelitian.
Selanjutnya Nazir (1988) mengungkapkan bahwa terdapat tiga faktor yang menyebabkan kebenaran ilmiah dapat diterima, yaitu:
a.)   Adanya koheren;
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya suatu pernyataan bahwa si A akan mati dapat dipercaya, karena pernyataan tersebut koheren dengna pernyataan sebelumnya yakni pernyataan semua orang akan mati.
b.)   Adanya koresponden
Suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan atau memiliki korespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misal, pernyataan bahwa ibu kota provinsi Daerah Istimewa Aceh adalah Banda Aceh merupakan pernyataan yang benar. Karena pernyataan tersebut mempunyai korespondensi dengan lokasi atau faktualitas bahwa Banda Aceh emmang Ibu Kota Propinsi Aceh. Sebaliknya, bila terdapat pernyataan bahwa Ibu Kota Republik Indonesia adalah Kuala Lumpur, maka pernyataan tersebut salah, karena tidak terdapat objek yang mempunyai korespondensi terhadap pernyataan tersebut. Secar faktual ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta buka Kuala Lumpur.
c.)   Pragmatis
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Teori kebenaran dengan sifat pragmatis dikembangkan oleh Pierce , dan dianut oleh Dewey, Mead, Lewis dan sebagainya. Misalnya, secara pragmatis orang percaya kepada agama, karena agama bersifat fungsional dalam memberikan pegangan dan aturan hidup pada manusia.

2.    Kegunaaan Penelitian
Untuk melihat bagaimana dan seberapa jauh peranan suatu penelitian, ada baiknya dilihat kembali jenis penelitian daripada penelitian tersebut. Penelitian sangat memegang peranan penting jika dilakukan secara baik dan benar, sebab penelitian dapat berfungsi sebagai jembatan yang :
1. Membantu manusia untuk meningkatkan kemampuannya dalam menginterpretasikan fenomena-fenomena yang terjadi didalam masyarakat dan sekitarnya, yang bersifat kompleks dan saling berkait,
2. Mempermudah dalam pencapaian tujuan yang diharapkan,
3. Sebagai pemberi rekomendasi,
4. Sebagai alat perencanaan untuk melakukan kegiatan selanjutnya,
5. Dapat mengatasi atau menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi,
6. Sebagai alat dalam pengambilan keputusan,
7. Sebagai media untuk perkembangan ilmu pengetahuan, melalui penelitian yang dijalankan dapat ditemukan sesuatu yang baru ataupun penyempurnaan pengetahuan yang telah ada,
8. Sebagai alat dalam pengambilan kesimpulan untuk pemecahan masalah,
9. Membantu persoalan kehidupan sehari-hari setidaknya lewat penelitian dapat diperolehnya jawaban yang sedang dihadapi, baik untuk pengembangan sektor usaha maupun meningkatkan pendapatan,
10. Begitupun halnya dalam menunjang kelancaran proses pembangunan ataupun kesulitan mengatasi masalah usaha, melalui penelitian yang telah dijalankan dapat diberikannya jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga dapat keluar dari krisis yang terjadi.
Kegunaan penelitian ialah untuk menyelidiki keadaan dari, alasan untuk, dan konsekuensi terhadap suatu set keadaan khusus. Keadaan tersebut bisa saja di kontrol melalui percobaan (eksperimen) ataupun berdasarkan observasi tanpa kontrol. Penelitian memegang peranan yang amat penting dalam memberikan fondasi terhadap tindak serta keputusan dalam segala aspek pembangunan.
Jika penelitian tidak diadakan, serta kenyataan-kenyataan tidak pernah diuji lebih dahulu melalui penelitian. Tidak ada negara yang sudah maju dan berhasil dalam pembangunan, tanpa melibatkan banyak daya dan dana dalam bidang penelitian.
Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kontribusi dari penelitian mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tersebut. Ada dua cara untuk menilai benefit (keuntungan) dari penelitian. Pertama, menggunakan teknik internal rate of return to investment. Dan kedua dengan menghitung nilai marginal dari output per dolar modal yang ditanamkan dalam penelitian.

MANFAAT PENELITIAN
Pengertian penelitian mengandung 2 manfaat penelitian, yaitu (1) manfaat teoritis dan (2) manfaat praktis.
1.    Manfaat Teoritis
Penelitian yang bertitik tolak dari meragukan suatu teori tertentu disebut penelitian verifikatif. Keraguan terhadap suatu teori muncul jika teori yang bersangkutan tidak bisa lagi menjelaskan peristiwa-peristiwa aktual yang dihadapi. Pengujian terhadap teori tersebut dilakukan melalui penelitian empiris, dan hasilnya bisa menolak, atau mengukuhkan, atau merevisi teori yang bersangkutan.
2.    Manfaat Praktis
Pada sisi lain, penelitian bermanfaat pula untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Hampir semua lembaga yang ada di masyarakat, baik lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta, menyadari manfaat ini dengan menempatkan penelitian dan pengembangan sebagai bagian integral dalam organisasi mereka. Kedua manfaat penelitian tersebut merupakan syarat dilakukannya suatu penelitian sebagaimana dinyatakan dalam rancangan (desain) penelitian.
Menurut Nazir (1988) kegunaan penelitian adalah untuk menyelidiki keadaan dari, alasan untuk, dan konsekuensi terhadap suatu set keadaan khusus. Keadaan tersebut bisa saja dikontrol melalui percobaan (eksperimen) ataupun berdasarkan obeservasi tanpa kontrol.
Secara umum, setidaknya terdapat empat tujuan dilakukannya penelitian, yakni:
1.    Tujuan eksploratif ; merupakan penelitian yang digunakan untuk menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu.
2.   Tujuan verifikatif ; merupakan penelitian yang digunakan untuk menguji kebenaran sesuatu dalam bidang ilmu yang telah ada.
3.  Tujuan developmental; merupakan penelitian yang digunakan untuk mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada.
4.    Dapat juga untuk digunakan penulisan tugas ilmiah seperti skripsi, tesis, dan disertasi.
Lebih lanjut Nazir (1988) mengemukakan bahwa penelitian memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan fondasi terhadap tindak serta keputusan dalam segala aspek pembangunan. Adalah sangat sulit, bahkan tidak mungkin sama sekali, utnuk memperoleh data yagn terpercaya yang dapat digunakan dalam perencanaan pembangunan, jika penelitian tidak pernah diadakan, serta kenyataan-kenyataan tidak pernah diuji lebih dahulu melalui penelitian. Tidak ada satu negara yang sudah maju dan berhasil dalam pembangunan, tanpa melibatkan banyak daya dan dana dalam bidang penelitian.

Peranan penelitian
1.    Sebagai pemecah masalah, meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan saling berkaitan.
2.    Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, meningkatkan kemampuan utnuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut.
3.    Mendapatkan pengetahuan/ ilmu baru.
4.    Perbedaan Metodologi Penelitian dan Metode Penelitian
Banyak orang yang menyamakan istilah antara metode dan metodologi yang padahal memiliki pengertian yang berbeda di antara keduanya. Jika kita lihat dari istilahnya saja sudah berbeda, Metodologi jelas terdiri dari dua kata, method dan logos, yang artinya ilmu tentang metode. Berbeda dengan metode yang hanya terdiri dari satu kata, method, yang artinye metode atau cara.
Ø  Metodologi
Metodologi berasal dari bahasa Yunani “metodos” dan "logos". Kata "metodos" terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. "Logos" artinya ilmu. Metodologi adalah ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung
Dari realitas yang sedang dikaji. Ilmu terdiri atas empat prinsip, yaitu:
1. keteraturan (orde)
2. sebab-musabab (determinisme)
3. kesederhanaan (parsimoni)
4. pengalaman yang dapat diamati (empirisme)
Dengan prinsip-prinsip yang demikian maka ada banyak jalan untuk menemukan kebenaran. Metodologi adalah tata cara yang menentukan proses penelusuran apa yang akan digunakan.
Adapun pengertian dari metodologi penelitian adalah
sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian.
Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian .
Ø  Metode
Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum atau luas metode atau metodik berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar.
Prof. Dr.Winarno Surachmad (1961), mengatakan bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan dari pada murid-murid di sekolah. Pasaribu dan simanjutak (1982), mengatakan bahwa metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini, yakni tekhnik yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur.
Tentang perbedaan keduanya, Noeng Muhadjir menyebutkan bahwa metodologi penelitian membahas konsep teoritik berbagai metode, baik kelebihan dan kekurangannya dalam kajian ilmiah, yang kemudian dilanjutkan dengan pemilihan metode yang terbaik untuk digunakan. Sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitiannya. Selain itu dengan redaksi yang lebih ringkas, kita bisa mendefenisikan metodologi sebagai pengetahuan tentang metode-metode yang dipergunakan dalam penelitian. Sedangkan metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini, yakni tekhnik yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur.
Jadi, metodologi lebih bersifat general. Metodologi adalah sistem panduan untuk memecahkan persoalan, dengan komponen spesifiknya adalah bentuk, tugas, metode, teknik dan alat. Dengan demikian, metode berada di dalam metodologi, atau dengan kata lain, metode lebih berkenaan dengan teknis saja dari keseluruhan yang dibahas dalam metodologi. Dalam konteks penelitian, yang termasuk metode adalah teknik penggalian data, teknik pengolahan data, penentuan populasi serta sampel dan sejenisnya.

4. Manfaat Mempelajari Metode Penelitian
a. Dapat Menyusun laporan/ tulisan/karya ilmiah dalam bentuk paper/ skripsi/ thesis
b. Mengetahui arti penting Riset, sehingga keputusan – keputusan yang dibuat dapat diatur dengan sebaik baiknya
c. Dapat menilai hasil hasil penelitian yang sudah ada yaitu mengukur sampai berapa jauh suatu hasil penelitian dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya
d. Dapat melahirkan sikap dan pola piker yang skeptic, analitik, kritik dan kreatif
5. Jenis-jenis Penelitian


PENELITIAN DASAR (BASIC RESEARCH)
Penelitian dasar (basic research) atau bisa disebut penelitian murni merupakan penelitian yang diperuntukkan bagi pengembangan suatu ilmu pengetahuan serta diarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada atau menemukan teori baru.
Menurut Jujun S. Sumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Sedangkan menurut Sukmadinata (2009) dalam buku Metode Penelitian Pendidikan mendefinisikan penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni (pure research) atau penelian pokok (fundamental research) diarahkan pada pengujian teori, hanya dengan sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk kepentingan praktik.
Lebih lanjut Sukmadinata (2009) menambahkan tujuan dari penelitian dasar adalah :
1. untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar dan hukum-hukum ilmiah, dan
2. untuk meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah.
Wibisono (2002) menyatakan bahwa penelitian dasar dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu pengetahuan. Penelitian dasar ini tidak ditujukan secara langsung untuk mendapatkan pemecahan bagi suatu permasalahan khusus. Penelitian dasar dilakukan untuk memverifikasi teori yang sudah ada atau untuk mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep. Hal pertama kali yang harus dilakukan dalam penelitian dasar adalah pengujian konsep atau hipotesis awal dan kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta kesimpulan tentang fenomena yang diamati.
Menurut LIPI, mendefinisikan penelitian dasar sebagai setiap penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah atau untuk menemukan bidang penelitian baru tanpa suatu tujuan praktis tertentu. Artinya kegunaan hasil penelitian itu tidak segera dipakai namun dalam waktu jangka panjang akan terpakai.
Penelitian murni tidak dibayang-bayangi oleh pertimbangan penggunaan dari penemuan tersebut untuk masyarakat. Perhatian utama adalah kesinambungan dan integritas dari ilmu dan filosofi. Penelitian murni bisa diarahkan ke mana saja, tanpa memikirkan ada tidaknya hubugnan dengan kejadian-kejadian yang diperlukan masyarakat. Proses pemikiran si peneliti bisa membawanya kemana saja, tanpa memikirkan sudt apa dan arah mana yang akan di tuju. (Hogben , 1983, dalam buku Science For The Citizen)
Contoh penelitian dasar, antara lain sebagai berikut: kajian tentang keberadaan rumah singgah untuk meningkatkan kesadaran hukum anak jalanan, perilaku wanita pedesaan dalam mengembangkan sentra industri kecil, perikalu masyarakat pemulung ditinjau dari aspek sosiologi, identifikasi karakter protein RRM virus dengue-3 isolat, dan lain sebagainya.


PENELITIAN TERAPAN (PRACTICAL RESEARCH)
Penelitian terapan merupakan penelitian yang dikerjakan dengan maksud untuk menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapakan dalam pemecahan permasalahan praktis. Menurut Jujun S. Sumantri (1985) penelitian terapan merupakan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis.
Menurut LIPI, mengemukakan bahwa penelitian terapan ialah setiap penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan suatu tujuan praktis. berarti hasilnya diharapkan segera dapat dipakai untuk keperluan praktis.
Penelitian terapan dapat diartikan sebagai penyelidikan yang hati-hati, sistematik, dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu (M. Nazir, 1988).
Charters (1925) dalam
Nazir (1988) mengemukakan bahwa terdapat langkah-langkah dalam melaksanakan
penelitian terapan, yakni:
1. Sesuatu yang sedang diperlukan, dipelajari, diukur, dan diperiksa kelemahannya
2. Satu dari kelemahan-kelemahan yang diperoleh, dipilih untuk penelitian
3. Biasanya dilakukan pemecahan dalam laboratorium
4. Kemudian dilakukan modifikasi sehingga penyelesaian dapat dilakukan untuk diterapkan
5. Pemecahannya dipertahankan dan menempatkannya dalam suatu kesatuan sehingga ia menjadi bagian yang permanen dari satu sistem.
Contoh penelitian terapan, antara lain sebagai berikut: peningkatan kualitas belajar mengajar siswa, pengaruh pemupukan terhadap tanaman, pengaruh implementasi kurikulum MBS terhadap mutu pendidikan dan sebagainya.
Penelitian terapan memiliki tiga jenis penelitian , yaitu ;
1. Penelitian evaluasi , adalah penelitian yang bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap ,setiap tahapan penelitian. mulai dari proses perencanaan sampai proses hasil akhir guna mengetahui sejauh mana kesalahan yang terdapat pada tiap tiap tahapan penelitian.
2. Penelitian aksi , adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan kehidupan dan kondisi dari para subyek yang diteliti. Focus dari penelitian aksi adalah terletak pada tindakan sosial.
3. Peneiltian mengenai penilaian akan dampak sosial yang akan terjadi , yang membahas mengenai konsekuensi dampak apa yang muncul dari sebuah perencanaan dan beberapa kebijakan yang dipilih.
Kelebihan dari penelitian terapan adalah dapat dengan cepat digunakan dalam jangka pendek, praktis tidak memakan banyak waktu yang lama. Karna mudah dan cepatnya hasil yang didapat dari metode penelitian terapan banyak lembaga yang menggunakan metode tersebut serta dari kemudahan dan efisiensi metode yang diberikannya.
Kekurangannya ialah apabila dari hasil penelitian tersebut di interpretasikan secara salah , penginterpretasi yang salahh dapat menyebabkan dampak yang fatal hasil yang digunakan bisa menjadi dampak buruk .
6. Ciri-ciri Penelitian
· Bersifat Ilmiah
Yaitu selalu mengikuti prosedur dan selalu menggunakan bukti yang meyakinkan dlam bentuk fakta yang diperoleh secara objektif.
· Penelitian
Yaitu proses yang berjalan dilakukan terus menerus dan berkesinambungan, karena hasil dari penelitian dapat selalu disempurnakan.
· Kontribusi
Penelitian harus memiliki unsur kontribusi atau nilai tambah, sehingga selalu ada hal baru yang ditambahkan dalam sebuah penelitian ilmu pengetahuan yang ada.
· Analitis
Penelitian yang dilakukan harus dapat dibuktikan dan diuraikan dengan menggunakan metode ilmiah dan harus ada sebab akibat antara variabel-variabelnya.
· Logik
Suatu penelitian ilmiah harus logik, yaitu dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau hukum yang menjadi kaidah bekerjanya akal yaitu logik. Prosedur penalaran yang dipakai adalah prosedur induktif (cara berpikir untuk menarik kesimpulan secara umum dari berbagai kasus individual) dan deduktif (cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang umum). Akhir-akhir ini sudah dikombinasikan kedua jenis prosedur penalaran tersebut menjadi prosedur penalaran yang dinamakan deducto hypothetico verivicatif.
· Empirik
Empirisme merupakan paham yang mendasari sekaligus menjadi karakteristik suatu penelitian ilmiah yang menekankan unsur aposteriori atau unsur yang berasal dari kesan indrawi. Suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari yang ditemukan dan diangkat sebagai bahan penelitian. Tiga landasan yang mendasari karakteristik empirik itu sebagai berikut.
a. Hal-hal empirik selalu mempunyai persamaan dan perbedaan. Hal ini yang mendasari adanya penggolongan atau klasifikasi serta adanya perbandingan satu sama lain.
b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
c. Setiap gejala empirik tidak dapat timbul secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya.
· Replikatif
Suatu penelitian yang pernah dilaksanakan harus dapat diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama apabila dengan metode, kriteria dan kondisi yang sama. Oleh karena itu, penyusunan definisi operasional variabel penelitian merupakan langkah yang penting agar peneliti lain yang ingin mengulangi penelitian tersebut dapat mengetahui dengan pasti metode, kriteria, maupun kondisi yang dimaksud peneliti pertama
· Purposiveness, fokus tujuan yang jelas;
· Rigor, teliti , memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;
· Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas;
· Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
· Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
· Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
· Precision, Mendekati realitas danconfidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;

7. Syarat utama untuk keberhasilan dalam Penelitian
Penelitian yang efektif tidak dapat terjadi seenaknya saja, tetapi harus didukung oleh faktor – faktor penunjang serta sarana dan prasarana yang cukup. Disamping faktor peneliti itu sendiri, maka faktor lingkungan sangat penting artinya dalam menunjang keberhasilan penelitian. Misalnya penelitian yang direncanakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Filipina di Los Banos. Sejak tahun 1940-1942 dan 1947-1959 telah dikerjakan 163 penelitian. Tetapi antara 1942-1947 tidak ada penelitian , hal itu disebabkan oleh :
- Atmosfir untuk penelitian yang tidak memungkinkan
- Data penelitian sebelumnya telah hilang akibat perang dunia ke 2
- Perangsang untuk mengadakan penelitian menurun, karena kekurangan sarana penelitian, kekuranga dana, tidak ada ketenangan serta kurang jaminan keselamatan si peneliti tersebut
- Perhatian peneliti lebih banyak dicurahkan untuk mencari nafkah, karena gaji tidak memadai.
Selain itu Somers (1959) memberikan beberapa syarat agar penelitian berjalan lancar :
Ø  Adanya Kesadaran Masyarakat
Masyarakat harus menyadari dan disadarkan akan perlu dan pentingnya penelitian dalam pembangunan. Ilmuan mengkehendaki laboratorium, lapangan percobaan, alat, bahan – bahan serta kesempatan untuk mengikuti konferensi dan kegaitan ilmiah. Semua memerlukan biaya yang mana biaya ini akan diperoleh jika masyarakat sadar akan pentingnya penelitian. Seorang ilmuwan perlu diunjang dengan bayaran yang mencukupi sehingga ia bisa melimpahkan waktu dan konsentrasinya kepada penelitian.
Ø  Harus Ada Pembiayaan yang memadai
Biaya ini harus datang dari rakyat, pemerintah maupun dari pihak swasta. Biaya penelitian secara realtif memang mahal, tetapi biaya tersebut akan selalu dikembalikan dengan jumlah yang besar dengan berhasilnya penelitian. Ilmuwan harus memberitahukan kepada masyarakat akan hasil penemuannya, agar kepercayaan masyarakat dapat ditingkatkan, meningkatnya kepercayaan masyarakat akan memudahkan pengadaan biaya penelitian.
Ø  Hasil Penelitian harus diterapkan
Penerapan hasil penelitian dengan segera merupakan suatu perangsang bagi peneliti. Adalah suatu kehormatan dan kebanggana bagi peneliti jika hasil penelitiannya diterima dan dipakai untuk kebaikan umat. Biasanya, jika penemuan terus diebarkan oleh penyuluh dan diterima oleh masyarakat, maka tidak lama setelah itu akan menyusul hasil penelitian lain dari peneliti tersebut.
Ø  Harus ada kebebasan dalam meneliti
Penelitian akan berhasil baik jika dalam meneliti terdapat kebebasan, walaupun kebebasan ini tetap berada dalam batas – batas moral yang dapat diterima masyarakat. Tiap peneliti harus bebas memilih masalah dan bebas melapor hasil penelitannya.
Ø  Peneliti harus Memenuhi Syarat
Peneliti harus benar – benar ilmuwan yang berbobot. Seorang peneliti harus menguasai ilmu di bidangnya dan harus mempunyai devosi dan pengabdian yang tinggi dalam mengejar ilmu pengetahuan, serta memiliki kejujuran intelektual, integritas, rajin, tanggung jawab dan berkemauan keras.

Tingkat efisiensi serta efektivitas dari penelitian tentu tidak sama. Efisiensi penelitian sangat tergantung pada keterampilan peneliti dan teknisian, organisasi penelitian serta kepemimpinan dan hibingan antaunit dalam meneliti, orientasi kegiatan penelitian terhadap masalah ekonomi yang dihadapi.
Kualifikasi peneliti harus didasarkan pada intelegensia, kekuatan bekerja serta sifat jujur dan rajin. Whiney (1960)
memberikan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh peneliti, yaitu :
Ø  Daya nalar .
Yaitu adanya kemampuan untuk memberi alasan dalam memecahkan masalah
Ø  Originalitas.
Peneliti harus mempunyai daya khayal ilmiah dan harus kreatif, peneliti harus mempunyai inisiatif yang berencana serta subur dengan ide – ide dan menghindari penjiplakan
Ø  Daya ingat.
Seorang peneliti harus memliki daya ingat yang kuat, selalu ekstensif dan logis, dapat dengan sigap melayani masalah serta menguasai fakta – fakta
Ø  Kewaspadaan.
Seorang peneliti harus secara cepat dapat melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi atas suatu variabel/fenomena
Ø  Akurat
Peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan serta perhitungan yang akurat, tajam dan beraturan.
Ø  Konsentrasi.
Peneliti harus mempunyai kekuatan konsentrasi yang tinggi, kemauan yang keras serta tidak cepat muak
Ø  Dapat bekerja sama.
Peneliti harus memiliki sifat kooperatif, dapat bekerja sama dengan siapa pun. Harus mempunyai keinginan untuk berteman, dan dapat bekerja secara teamwork
Ø  Kesehatan.
Seorang peneliti harus sehat baik jiwa maupun fisik, harus stabil, sabar, dan penuh vitalitas
Ø  Semangat.
Peneliti harus memiliki semangat untuk meneliti, peneliti harus mempunyai kreatifitas dan hasrat yang tinggi
Ø  Pandangan moral.
Peneliti harus memiliki kejujuran intelektual, mempunyai moral yang tinggi, beriman dan dapat dipercaya.

Tingkat keterampilan dalam melaksanankan penelitian dapat dikategorikan atas 4 tingakatan yaitu :
1.    Keterampilan inventif (inventive skill)
Keterampilan inventif merupakan sifat umum dari manusia. Seorang petani yang sederhana dapat menemukan sesuatu dengan pengalamannya, keterampilannya dinamakan keterampilan inventif. Keterampilan jenis ini tidak memerlukan penataran/training secara formal
2.    Keterampilan teknis-engineering
Sarjana – sarjana lulusan universitas memiliki keterampilan ini, yang merupakan hasil dari terapan text book untuk memecahakan masalah teknis yang dihadapi
3.    Keterampilan teknis-ilmiah
Biasanya diperoleh sesudah menamatkan program magister pada perguruan tinggi. Keterampilan ini berjenis – jenis tingaktannya dan keterampilan yang diperoleh dapat menguasai teknik dan cukup kemampuan ilmiah serta background teori dalam mengadakan analisa
4.    Keterampilan ilmiah-konseptual
Dengan meningkatnya derajat keilmuan sesorang dan semakin dekatnya sesorang mencapai scientific frontizer of knowledge, serta pengalaman yang cukup banyak, maka si peneliti telah memperoleh keterampilan konsepsional. Skill ini dimiliki oleh peneliti yang cukup berpengalaman dan oleh Doktor – Doktor Filosofi.
8. Langkah – langkah Penelitian
Penelitian merupakan rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, sehingga penelitian yang dilakukan itu mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan yang tidak meragukan. Adapun langkah-langkah penelitian itu pada umumnya sebagai berikut.
1. Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
2. Penelaahan kepustakaan
3. Penyusunan hipotesis
4. Identifikasi, klarifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel
5. Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
6. Penyusunan rancangan penelitian
7. Penentuan sampel
8. Pengumpulan data
9. Pengolahan dan analisis data
10. Interpretasi hasil analisis
11. Penyusunan laporan
1. Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah
Masalah adalah suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit, dan memerlukan solusi. Masalah juga dapat diartikan suatu kesenjangan antara harapan (das sollen ) dengan kenyataan (das sein ). Suatu masalah tidak harus menuntut/menimbulkan suatu penelitian tetapi penelitian dilakukan oleh karena ada masalah. Seseorang yang akan melakukan penelitian harus menentukan terlebih dahulu apa masalahnya (Kerlinger, 2004). Bagi orang yang belum berpengalaman dalam penelitian, menentukan dan memilih masalah bukanlah hal yang mudah, bahkan dapat dikatakan sangat sulit.
Masalah yang akan dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada. Peneliti hanya mengidentifikasi, memilih, dan merumuskannya. Pencarian masalah dapat dilakukan melalui sumber-sumber masalah, seperti bacaan, pengalaman pribadi, pertemuan Ilmiah (seminar, diskusi, lokakarya, dll), dan perasaan intuitif pribadi (Suryabrata, 2006). Selain itu Margono (2007) juga menambahkan bahwa masalah juga dapat diperoleh melalui pernyataan atau pengamatan sepintas/fakta di lapangan.
Setelah masalah diidentifikasi, belum menjadi jaminan bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. I dentifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengungkap jawaban terhadap pertanyaan “apa kesenjangan yang terjadi” dan “apa yang menyebabkan terjadinya kesenjangan” (Santyasa, 2008).
Biasanya, dalam usaha mengidentifikasi atau menemukan masalah penelitian ditemukan lebih dari satu masalah. Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah satu, yaitu mana masalah yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika yang ditemukan sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan layak dan tidaknya serta sesuai
dan tidaknya untuk diteliti. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah sesuatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, pada dasarnya dilakukan dari dua arah, yaitu dari arah masalahnya dan dari arah peneliti. Jika ditinjau dari
pertimbangan arah masalahnya, menentukan
suatu masalah layak untuk diteliti perlu dibuat pertimbangan-pertimbangan dari arah masalahnya atau dari sudut objektif. Sedangkan
pertimbangan dari arah peneliti, pertimbangan masalah didasarkan atas kelayakan dan kesesuaian peneliti yang menyangkut kelayakan biaya, waktu, sarana, dan kemampuan keilmuan (Suryabrata, 2006).
Masalah yang baik diteliti mempunyai beberapa karakteristik yaitu
1) mempunyai nilai dan kelayakan penelitian dari segi manfaat/kontribusi,
2) dapat dipecahkan (ada data dan metode pemecahannya),
3) menarik bagi peneliti yang didukung kemampuan keilmuan,
4) spesifik mengenai bidang tertentu (jelas ruang lingkup pembahasannya), dan
5) berguna untuk mengembangkan suatu teori (Anonim, 2007). Senada dengan hal itu
Kerlinger (2004) menambahkan tiga kriteria penting permasalahan yang diteliti yaitu
1) permasalahan sebaiknya merepleksikan dua variabel atau lebih,
2) masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan, dan 3) masalah hendaknya dapat diuji secara empiris.
Setelah masalah diidentifikasi dan dipilih, maka perlu dirumuskan. Tujuannya agar permasalahan jelas dan tidak menimbulkan keragu-raguan atau tafsir yang berbeda-beda, sebab masalah tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar pengajuan teori dan hipotesis, pengumpulan data, pemilihan metode analisis, dan penarikan kesimpulan. Menurut Sukardi (2003) rumusan masalah yang baik harus dapat mencangkup dan menunjukkan semua variabel maupun hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam merumuskan masalah yaitu
1) masalah hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya,
2) rumusan masalah hendaklah padat dan jelas, dan
3) rumusan masalah hendaklah memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
2. Penelaahan Kepustakaan
Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang
dapat dijadikan landasan teoretis bagi penelitian yang akan dilakukan. Tujuannya yaitu
1) untuk mencari teori/konsep/generalisasi yang dapat digunakan sebagai landasan teori/kerangka bagi penelitian yang akan dilakukan,
2) untuk mencari metodologi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan, dan
3) untuk membandingkan antara fakta di lapangan dengan teori yang ada (Sukardi, 2003). Telaah pustaka sangat penting agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Pada umumnya lebih dari lima puluh persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian itu adalah membaca. Karena itu sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian yang esensial. Menurut Sukardi (2003), telaah kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoretis maupun aspek manfaat praktis.
Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu a) sumber acuan umum (kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograp, dan sejenisnya), dan b) sumber acuan khusus (kepustakaan yang berwujud jurnal, buletin penelitian, tesis, disertasi, makalah seminar, hasil penelitian, internet, dan lain-lain) (Suryabrata, 2006). Mencari sumber bacaan hendaknya peneliti bersikap selektif, artinya tidak semua yang diketemukan kemudian ditelaah. Sumber pustaka yang baik adalah relevan dengan tema dan topik penelitian,
uptodate (bukan sumber pustaka yang sudah usang).
Menurut Ary et al., (dalam Sukardi, 2003), langkah-langkah mengorganisasi materi yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu
1) mulai dengan materi hasil penelitian yang secara konsekuensi diperhatikan dari yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan,
2) membaca abstrak dari setiap penelitian lebih dahulu untuk memberikan penilaian apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang hendak dipecahkan dalam penelitian,
3) mencatat bagian-bagian penting dan relevan dengan permasalahan penelitian, dan
4) membuat catatan, kutipan, atau salinan informasi yang disusun secara sistematis.
3. Perumusan Hipotesis
Setelah selesai menyusun landasan teori, seorang peneliti biasanya akan sampai pada suatu kesimpulan tentang permasalahan penelitian. Bertolak dari apa yang telah dilakukan dalam mencari landasan teori, para peneliti akan mempunya jawaban sementara terkait dengan permasalahan penelitian (Sukardi, 2003). Menurut Kerlinger (2004), Jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoretis ini disebut sebagai hipotesis, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Fungsi adanya hipotesis adalah
1) untuk memberikan batasan serta memperkecil ruang lingkup penelitian,
2) untuk mempermudah pengumpulan dan pengolahan data,
3) untuk mengetahui macam, jumlah, dan hubungan variabel penelitian, serta
4) untuk mengetahui variabel tak bebas yang harus di kontrol
(Anonim, 2007) . Menurut Sukardi (2003), hipotesis memiliki peranan penting karena dapat menunjukkan harapan dari si peneliti yang direfleksikan dalam hubungan variabel dalam permasalahan penelitian.
Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Secara implisit, hipotesis menyatakan prediksi. Taraf ketepatan prediksi itu akan sangat bergantung kepada taraf kebenaran dan taraf ketepatan landasan teoretis yang mendasarinya. Dasar teori yang kurang sehat akan melahirkan hipotesis yang prediksinya kurang tepat, dan sebaliknya. Hipotesis yang baik yaitu
1) dirumuskan dari teori/konsep yang sudah ada, sehingga relevan dengan fakta,
2) dirumuskan dalam bentuk pernyataan (statement) singkat dan sederhana,
3) berlaku dalam tingkat populasi sehingga mempuyai daya ramal yang tinggi,
4) mencerminkan tentang hubungan antar variabel, dan
5) dapat diuji untuk membuktikan kebenaran/kesalahannya (Anonim, 2007).
Hipotesis dapat disusun/dirumuskan dari telaah teori, fakta berdasarkan pengamatan atau pengalaman peneliti, dugaan dan pengetahuan peneliti, hasil penelitian terdahulu/sebelumnya yang relevan. Salah satu contoh hipotesis adalah terdapat hubungan yang berarti antara perbedaan gender dengan IP mahasiswa jurusan pendidikan fisika.
Secara garis besar, hipotesis dibedakan menjadi 2 macam yaitu hipotesis tentang hubungan dan hipotesis tentang perbedaan. Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan saling hubungan antara dua variabel atau lebih dan mendasari berbagai penelitian korelasional. Hipotesis tentang perbedaan yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda-beda. Perbedaan itu seringkali disebabkan karena pengaruh perbedaan yang terdapat pada satu atau lebih variabel yang lain (Anonim, 2007).
Menurut Suryabrata (2006) Konsep lain mengenai hipotesis adalah hipotesis nol atau H . Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antar kelompok yang satu dengan yang lainnya. Analisis statistic dan uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol tersebut. Hipotesis yang lain adalah hipoteis alternatif, yang dilambangkan dengan H . Hipotesis ini menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda. Teknik pengujian hipotesis dapat dilakukan menggunakan uji-uji statistik (uji t, uji F, uji χ2, uji Z dll).
4. Identifikasi, klarifikasi, dan pemberian definisi variabel-variabel
Variabel penelitian didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian dan bersifat spesifik serta faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa/gejala yang akan diteliti. Adapun kegunaan dari variabel penelitian adalah:
1) untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data,
2) untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data, dan
3) untuk pengujian hipotesis (Anonim, 2007). Variabel penelitian yang baik harus relevan dengan tujuan penelitian dan dapat diamati atau dapat diukur. Dalam suatu penelitian, variabel perlu diidentifikasi, diklarifikasi, dan didefinisikan secara operasional dengan jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis. Tujuan diadakannya pengidentifikasian variabel yaitu untuk mendata variabel-variabel yang ada dalam penelitian dan untuk menetapkan variabel-variabel utama yang akan dibahas. Misalny suatu penelitian untuk mempelajari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar fisika siswa kelas X. Variabel penelitian yang berpengaruh ditetapkan, seperti motivasi belajar, proporsi belajar, gaya belajar, dan keadaan sosial siswa.
Variabel yang telah diidentifikasi perlu diklarifikasi sesuai dengan jenis dan peranannya dalam penelitian. Klarifikasi ini sangat perlu untuk penentuan alat pengambil data apa yang akan digunakan dan metode analisis mana yang sesuai untuk diterapkan. Berkaitan dengan proses kuantifikasi, variabel dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu
1) variabel nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan proses penggolongan. Contohnya jenis kelamin dan jenis pekerjaan.
2) variabel ordinal yaitu variabel yang disusun berdasarkan jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1, jenjang di bawahnya angka 2, begitu seterusnya. Contoh hasil perlombaan inovatif produktif di antara para mahasiswa.
3) variabel interval yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan pengukuran yang sama. Contoh prestasi belajar, sikap terhadap program dinyatakan dalam skor.
4) variabel ratio, adalah variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak (Suryabrata, 2006).
Setelah variabel diidentifikasi dan diklarifikasi, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Penyusunan definisi operasional ini perlu, karena definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data mana yang cocok untuk digunakan. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati. Konsep dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. Cara menyusun definisi operasional bermacam-macam, cara itu dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu 1) menekankan kegiatan apa yang perlu dilakukan, 2) menekankan bagaimana kegiatan itu dilakukan, dan 3) menekankan sifat-sifat statis hal yang didefinisikan. Contoh pendefinisian variable misalnya prestasi akademik mahasiswa adalah ukuran keberhasilan studi mahasiswa yang dinyatakan dengan Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa.
5. Pemilihan atau pengembangan alat pengambilan data
Alat pengumpulan data (instrumen penelitian) dalam suatu penelitian sangat menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan sekaligus akan menentukan kualitas penelitian itu sendiri (Margono, 2007). Suryabrata (2006) menambahkan kriteria alat pengumpulan data yang baik adalah reliabilitas (keterandalan) dan validitas. Reliabilitas alat pengumpulan (pengukuran) data menunjukkan keajegan hasil pengukuran (konsistensi) apabila digunakan untuk pengukuran pada waktu yang berbeda dan tidak tergantung siapa yang menggunakannya tetapi dilihat dari besarnya simpangan baku dari hasil pengukuran yang berulang-ulang atau dari besarnya tingkat kesalahan ( error ) pengukuran. Validitas adalah alat pengumpulan (pengukuran) data menunjukkan kesesuaian atau kecocokan antara alat ukur dengan apa yang diukur.
Keputusan mengenai alat pengambil data yang akan digunakan tergantung variabel yang akan diamati atau diambil datanya. Dengan kata lain, alat yang digunakan harus disesuaikan dengan variabelnya. Pertimbangan selanjutnya adalah pertimbangan dari segi kualitas alat, yaitu dari segi taraf reliabilitas dan validitas.
Pertimbangan-pertimbangan lain biasanya dari sudut praktis, misalnya besar kecilnya biaya dan mudah sukarnya menggunakan alat tersebut.
Jika peneliti mengembangkan sendiri atau mengadaptasikan alat pengambil datanya, maka peneliti harus melakukan uji coba untuk memperoleh keyakinan tentang kualitas alat pengambil data yang dikembangkannya itu, sebelum benar-benar digunakan pada penelitian yang sebenarnya (Mardalis, 2006).
6. Penyusunan Rancangan Penelitian
Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang diperlukan atau berhubungan dengan persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas.
Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian. Agar rancangan penelitian dapat diperkirakan, maka ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu
1) rancangan mencangkup semua kegiatan yang akan dilakukan,
2) disusun secara sistematis untuk mempermudah langkah selanjutnya, dan
3) dapat memprediksi sejauh mana hasil penelitian yang akan diperoleh (Margono, 2007)
7. Penentuan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi (karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu), maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Ada beberapa Kelebihan dan Kelemahan apabila populasi dan sampel dijadikan objek penelitian. Jika melibatkan populasi kelebihannya yaitu data yang diperoleh dijamin lebih lengkap dan dalam pengambilan kesimpulan lebih akurat. Namun kelemahannya yaitu membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, dan waktu), serta tidak ada jaminan bahwa semua anggota populasi dapat didata/dilacak di lapangan. Sedangkan jika melibatkan sampel sebagai penelitian kelebihannya yaitu efisien penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, dan waktu), anggota sampel lebih mudah didata/dilacak di lapangan. Kelemahannya adalah membutuhkan ketelitian dalam menentukan sampel dan pengambilan kesimpulan/generalisasi perlu analisis yang teliti dan dilakukan secara hati-hati. Dalam prakteknya, sangat jarang penelitian yang menerapkan sensus dalam upaya pengumpulan datanya karena keterbatasan dalam operasionalnya. Sehingga penelitian lebih sering menggunakan teknik sampling. Menurut Suryabrata (2006) hal-hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan pemilihan sampel yang baik yaitu:
1) Representatif (harus dapat mewakili populasi atau semua unsure sampel),
2) batasan sampel harus jelas,
3) dapat dilacak di lapangan,
4) tidak ada keanggotaan sampel yang ganda (didata dua kali atau lebih), 5) harus uptodate (terbaru dan sesuai dengan keadaan saat dilakukan penelitian).
Menurut Kerlinger (2004), dalam menentukan sampel yang baik harus diperlukan metode pemilihan atau pengambilan sampel (sampling) yang baik pula. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu Probability Sampling dan Nonprobability
Sampling . Probability sampling meliputi, simple random ,
proportionate stratified random, disproportionate stratified random , dan area random . Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota,
sampling aksidental, purposive
sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
Secara umum metode pengambilan sampel yang baik adalah
1) prosedurnya sederhana dan mudah dilakukan,
2) dapat memilih sampel yang representatif,
3) efisien dalam penggunaan sumber daya, dan
4) dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai sampel. Jumlah sampel yang baik tidak ada ketentuan yang baku mengenai ukuran sampel, tetapi perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel yaitu derajat keseragaman/heterogenitas dari populasi, metode analisis yang akan digunakan, ketersediaan sumber daya, dan presisi yang dikehendaki (Suryabrata, 2006).
Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Bila sampel tidak refresentatif, maka ibarat orang buta disuruh meyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kapas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia akan menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah (Arikunto, 2006).
Menurut Kerlinger (2004), kaedah yang paling gampang dalam menentukan sampel penelitian terkait dengan jumlah sampel yaitu gunakan sampel yang sebesar mungkin.
Suryabrata (2006) menambahkan syarat yang paling penting dalam mengambil sampel ada dua macam, yaitu jumlah sampel yang mencukupi dan profil sampel yang dipilih harus mewakili. Tujuan adanya berbagai teknik penentuan sampel adalah untuk mendapatkan sampel yang paling mencerminkan populasinya. Dalam penelitian terhadap sampel, ciri
representativeness sampel itu tidak pernah dapat dibuktikan, melainkan hanya dapat didekati secara metodelogis melalui parameter-parameter yang diketahui dan diakui baik secara teoretis mauptun secara eksperimental. Parameter-parameter yang sebagai berikut.
a. Besar sampel . Makin besar sampel yang diambil akan makin tinggi taraf
representativeness sampelnya (berlaku jika populasinya tidak homogen secara sempurna). Namun untuk populasi homogen secara sempurna besar sampel tidak mempengruhi taraf representatifnya sampel.
b. Teknik penentuan sampel. Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel maka makin tinggi pula tingkat representatifnya sampel (berlaku jika populasinya tidak homogen secara sempurna).
c. Variabilitas populasi. Peneliti harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat mengatur atau memanipulasikan sampel.
d. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi. Makin lengkap ciri-ciri populasi yang dimasukkan ke dalam sampel, akan makin tinggi tingkat representatifnya sampel.
8. Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai
setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya ( Suryabrata, 2006) . Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penelitian ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila peneliti berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi partisipan
observation (observasi berperan serta) dan non partisipan observation, selanjutnya dari segi instrumenasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Sukardi (2003) menambahkan bahwa cara lain untuk mengumpulkan data dari responden yaitu menggunakan teknik dokumentasi.
9. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data. Kegiatan analisis data bertujuan untuk memberi arti dan makna pada data serta berguna untuk memecahkan masalah dalam penelitian yang sudah dirumuskan. Menurut Sukardi (2003), sebelum analisis data dilakukan maka data perlu diolah terlebih dahulu. Secara garis besarnya ada dua langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a. Persiapan (Editing)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan penelitian yaitu melengkapi data yang kurang/kosong, memperbaiki kesalahan-kesalahan atau kekurangjelasan dari pencatatan data, memeriksa konsistensi data sesuai dengan data yang diinginkan, memeriksa keseragaman hasil pengukuran (misalnya keseragaman satuan dsb), dan memeriksa reliabilitas data (misalnya membuang data-data yang ekstrim dsb). Dalam langkah ini peneliti memilih/menyortir data sedemikian rupa sehingga data yang terpakai saja yang tinggal. Tujuan merapikan data, agar data bersih, rapi, dan tinggal mengadakan pengolahan lanjut (menganalisis).
b. Tabulasi
Setelah melakukan persiapan/
editing, peneliti melakukan tabulasi data. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat tabel data (menyajikan data dalam bentuk tabel) untuk memudahkan analisis data maupun pelaporan. Tabel data dibuat sesederhana mungkin sehingga informasi mudah ditangkap oleh pengguna data maupun bagi bagian analisis data. Termasuk dalam kegiatan ini meliputi memberikan skor terhadap item yang perlu diberikan skor, memberikan kode terhadap item yang tidak diberi skor, mengubah jenis data (disesuaikan dengan teknik analisis yang digunakan), dan memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan data (jika menggunakan komputer).
Kegiatan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dan merupakan langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis mana yang akan digunakan, apakah analisis statistik ataukah non-statistik. Pemilihan ini tentunya tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Analisis statistik sesuai dengan data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk bilangan. Sedangkan analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif (Suryabrata, 2006).
Pemecahan masalah penelitian dan penarikan kesimpulan dari suatu penelitian sangat tergantung dari hasil analisis data ini. Sehingga perlu dilakukan dengan teliti dan hati-hati sehingga tidak memberikan salah penafsiran terhadap hasil penelitian. Seorang peneliti (bagian analisis data) harus menguasai kemampuan keilmuan secara teknis dalam menerapkan metode analisis yang cocok. Metode analisis data yang dipilih harus disesuaikan dengan jenis penelitiannya. Pertimbangan pemilihan metode analisis dapat dilihat dari
1) tujuan dan jenis penelitian,
2) model/jenis data, dan
3) tingkat/taraf kesimpulan.
Sebagai contoh misalnya pengaruh model problem based learning terhadap peningkatan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 Panca. Analisis statistik yang cocok yaitu desain eksperimen.
10. Penafsiran Hasil Analisis
Menafsirkan hasil analisis penelitian selalu harus didasarkan atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan harus berdasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau keinginan peneliti. Salah apabila kelompok peneliti membuat kesimpulan yang bertujuan menyengkan hati pemesan, dengan cara memanipulasi data. Pada penelitian yang menggunakan pengujian hipotesis penelitian, kesimpulan dapat ditarik dari hasil pengujian hipotesis. Apabila kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari problematik yang dikemukakan, maka isi maupun banyaknya kesimpulan yang dibuat juga harus sama dengan isi dan banyaknya problematik. Kesimpulan yang diambil dalam Penelitian harus sesuai dengan
1) tema, topik, dan judul penelitian,
2) pemecahan permasalahan penelitian,
3) hasil analisis data,
4) pengujian hipotesis (bila ada),
5) teori/ilmu yang relevan, dan
6) singkat, jelas, dan padat (Anonim, 2007).
Peneliti mengharapkan hipotesis penelitiannya tahan uji, yaitu terbukti kebanarannya. Jika yang terjadi memang demikian, bahasan itu mungkin tidak terlalu menonjol peranannya. Tetapi jika hipotesis penelitian itu tidak tahan uji, yaitu ditolak maka peranan bahasan itu menjadi sangat penting, karena peneliti harus dapat menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Peneliti wajib mengeksplorasi segala sumber yang mungkin menjadi sebab tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu. Beberapa sumber tidak terbuktinya hipotesis itu dapat dicari antara lain dari:
1) landasan teori,
2) sampel,
3) alat pengambilan data,
4) rancangan penelitian,
5) perhitungan-perhitungan, dan
6) variabel-variabel luaran (Suryabrata, 2006).
Suatu hipotesis tidak terbukti kebenarannya itu tidak berarti bahwa penelitiannya gagal sama sekali. Suatu penelitian sering menguji sejumlah hipotesis dan tidak terbukti satu atau dua hipotesis memang tidak jarang terjadi. Walaupun penelitian hanya menguji satu hipotesis dan kemudian ternyata tidak terbukti kebenarannya itupun tidak berarti bahwa penelitian itu gagal sama sekali. Yang terpenting di sini adalah peneliti memberikan keterangan dan alasan yang jelas dan kuat mengenai tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu. Keenam sumber tersebut dapat dieksplorasi untuk menjelaskan tidak terbuktinya hipotesis itu.
11. Penyusunan Laporan
Tahapan akhir dalam kegiatan penelitian adalah pembuatan laporan penelitian. Laporan ini berguna untuk kegiatan publikasi hasil penelitian maupun untuk pertanggungjawaban secara ilmiah kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Walaupun si peneliti sudah melakukan semua langkah-langkah penelitian akan salah jika peneliti tidak melaporkan secara tertulis hasil penelitiannya. Penelitian sebelumnya akan dijadikan sumber dan bahan evaluasi untuk penelitian selanjutnya. Menurut Sukardi (2003), evaluasi terhadap pembuatan laporan penelitian mempunyai beberapa macam fungsi, yaitu
1) menunjukkan adanya pertanggungjawaban peneliti kepada diri sendiri maupun sponsor,
2) memberikan informasi kepada peneliti lain (yang berupa pendekatan, proses, dan metode penelitian yang dilakukan), dan
3) memberikan kesempatan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis. Laporan penelitian harus dituliskan secara sistematis artinya semua tahapan yang telah dilakukan mulai dari tahap perencanaan hingga penarikan kesimpulan penelitian (termasuk di dalamnya lampiran-lampiran yang diperlukan harus dicantumkan). Sistematika pelaporan disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga/institusi/sponsor yang akan mengelola hasil penelitian tersebut
Welcome to My Blog
Diberdayakan oleh Blogger.

- © ZONA BELAJAR -- MASDINO -